Jasa Artikel Murah Terbaik Dan Tercepat




Jumat, 31 Juli 2015

Istri Terakhir dan Termuda Bung Karno Mirip Pevita Pearce

Tidak sedikit kisah hebat yang belum terungkap mengenai sosok Presiden pertama RI, Soekarno. Menilik kisah cintanya, Bung Karno, begitu ia d... thumbnail 1 summary

Tidak sedikit kisah hebat yang belum terungkap mengenai sosok Presiden pertama RI, Soekarno. Menilik kisah cintanya, Bung Karno, begitu ia disapa, diketahui mempunyai hubungan dengan sejumlah gadis cantik.

Salah satunya Yurike Sanger. Dirinya adalah istri terbaru serta termuda Bung Karno. Saat dinikahi, ia tetap remaja, yakni kelas II SMA. Ia menjadi anak buah pasukan pengibar bendera pusaka, Barisan

Bhinneka Tunggal Ika. Gadis asal Poso itu disunting Bung Karno pada 1964. Perkawinan yang tidak membuahkan anak ini bubar tiga tahun kemudian.

�Kalau saya tidak menerima tawaran Bunda Lia untuk menjadi Barisan Bhinneka Tunggal Ika, tidak mungkin saya dapat berjumpa serta nasib bersama dengan Bung Karno,� ucap Yurike dalam suatu  buku.

Kisah cinta Yurike Sanger serta Bung Karno diceritakan dalam buku Percintaan Bung Karno dengan

Anak SMA: Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike Sanger. Dalam buku tersebut, diceritakan, ia pertama kali terjun menjadi pengibar bendera di suatu  agenda kepresidenan yang digelar di Istora (Istana Olahraga) Bung Karno.

"Aku yang adalah anak buah Barisan Bhinneka Tunggal Ika termuda tampil dengan kebaya Jawa," tulis dirinya mengenang momen itu.

Kejutan berikutnya berjalan ketika pertama kali tampil itu. Yurike mengaku sangat canggung sebab ini adalah pengalaman baru buat dia. Keringat dingin terasa mengalir di tengkuknya pada saat Bung

Karno justru berhenti cocok di hadapannya ketika melalui Barisan Bhinneka Tunggal Ika.
Tanpa diduga, sang Presiden malah menyapa serta menyempatkan diri berdialog pendek dengannya. "Bermimpikah aku? Bung Karno memperhatikanku lebih dari sekilas. Siapa tahu sebab tahu aku pendatang baru dalam Barisan Bhinneka Tunggal Ika, (Bung Karno) lalu bertanya, 'Siapa namamu?'."

Yurike menjawab semua pertanyaan pendek Presiden dengan perasaan campur aduk, bingung, malu, serta bangga.

Apalagi, Bung Karno sempat terkecoh oleh posturnya yang bongsor, jadi menyangka Yurike yang tetap duduk di bangku SMP itu seorang mahasiswi. Dalam perkenalan pendek itu juga, sebelum
berlalu, Bung Karno berbicara kepadanya sebaiknya tidak menggunakan nama dengan akhiran "ke" alias "ce". "Pakai Yuri saja. Nama dengan embel-embel 'ke' alias 'ce' itu kebarat-baratan, tidak sesuai dengan kepribadian nasional kita." Yurike pun hanya mengangguk mengiyakan.

Yurike tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya sejak tatapan pertama dengan Bung Karno itu. "Matanya yang jernih serta terang itu semacamnya hinggap ke pusat mataku serta hingga kapan pun tidak dapat kulukiskan dengan jelas. Bicaranya mantap, wajahnya tampan, serta makin tampak gagah dengan jas cokelat tua yang dipenuhi atribut resmi di kedua pundak serta dada kirinya. Dengan cara kebetulan pula, warna cokelat tua terbukti warna favoritku," tulis Yurike.

Pandangan pertama serta perhatian sangat manusiawi yang diperbuat Bung Karno itu membikin

Yurike takluk ketika Bung Karno meminangnya. Pada hari-hari berikutnya, semacam dapat ditebak, hubungannya dengan Bung Karno makin dekat. Sang presiden, dalam suatu  perjalanan diam-diam keliling kota pada malam hari, meminta Yurike terbuktigilnya "Mas" bukan "Pak". Kembali beragam perasaan berkecamuk dalam dirinya. Apalagi, dirinya sendiri punya pacar: Wisnu namanya.
"Telah terbalikkah bumi ini? Telah sedemikian kacaukah pendengaranku? Telah tidak berlakukah norma alias etika kepantasan yang menempatkan sikap hormat sebagai kewajiban? Mustahil Presiden yang usianya di atas ayahku minta dipanggil 'Mas' oleh seorang gadis SMA. Bagaiamanapun beraninya aku, lidahku tentu mendadak beku sebelum sepotong kata itu keluar dari tenggorokan."

Suatu malam, suatu  kejutan lain yang lebih besar dialami Yurike ketika diajak ke tepi pantai.

Dimulai dari pertanyaan Bung Karno soal suami idaman Yurike, dialog mereka makin menjurus ke soal pribadi. Akhirnya Bung Karno berujar dengan wajah serius, "Apa Adik tidak tahu Mas mencintai Adik?"

�Semacamnya langit runtuh. Kepala terus berpendar-pendar bagaikan kejatuhan benda yang berat sekali. Mengingat sikap-sikapnya, pernyataan demikian terbukti dapat timbul sewaktu-waktu.

Namun, tidak urung, rasa kaget menerkamku," tulis Yurike mengungkapkan perasaannya ketika itu.

Lalu ia melanjutkan, "Tak sempat aku segemetar semacam saat itu. Raut wajah Ibu, Ayah, saudara, guru-guru di sekolah, kerabat, family, orang-orang yang ada di kurang lebih Bung Karno, terbaru kesedihan Wisnu, bergantian menghiasi pelupuk mata. �

�Semula samar-samar, lalu menjadi jelas. Sejujurnya kuakui, rasa banggaku membukit. Pada detik-detik tersebut, aku merasa bukan anak gadis remaja, tapi sepenuhnya menjadi seorang perempuan yang menerima pernyataan cinta seorang lelaki.